"Bang, siomaynya 5 ya."
"Baik Mas. Sebentar, Saya ke pasar dulu buat beli bahan-bahannya."
Pernahkah kita membayangkan ketika mau beli siomay, ternyata bahan-bahanya belum ready.
Kalau itu terjadi, pastinya kita balik kanan dan nyari ke pedagang siomay lainnya.
Seorang pedagang siomay keliling, katakanlah dalam sehari ia menyiapkan 200 piring untuk ditawarkan.
Apakah dia yakin akan terjual 200 piring, kenapa tidak piring 100 saja, atau dinaikkan 300 piring misalnya. Darimana datangnya 200?
Ketika memulai, mungkin mencoba 50 piring. Disaat pembeli mulai rame, dinaikkan jadi 100 piring hingga akhirnya menjadi 200 piring dan itu adalah porsi yang ideal untuk saat ini.
Intiya, pedagang siomay harus punya stok ketika mau jualan.
Buat kita yang takut punya stok ketika berjualan, baiknya belajar dengan pedagang siomay.
Tidak ada kepastian akan habis setiap hari.
Tidak ada kepastian bahannya akan bisa digunakan lagi esok hari.
Tidak ada kepastian cuaca yang mendukung berjualan keliling.
Tapi dia pede malam-malam bikin siomay sebanyak yang dia inginkan, dengan harapan selalu laris setiap harinya. Yang dilakukannya cuma berikhtiar.
Itulah yang disebut dengan POTENSI REZEKI.
Yang dilakukannya adalah menggali potensi rezeki yang akan dia dapatkan. Semakin dia keliling menawarkan, semakin besar potensi rezeki yang akan didapatkannya.
Sama halnya dengan yang kita lakukan. kita juga jualan, kita juga punya stok produk yang selalu ditawarkan.
"Kalau ditolak?"
Tugas kita hanya menawarkan, jadi kita perbanyak menawarkan. Ditolak sekali, kita tawarkan ke orang lain 10 kali. Ditolak 10 kali, kita tawarkan ke orang lain 100 kali.
Stok adalah resiko yang bisa berubah menjadi rezeki.
Takut punya stok = takut dengan rezeki.
Takut punya stok = jangan jadi pengusaha.
No comments:
Post a Comment